Minggu, 13 Oktober 2013

Agar Disamperin Rejeki

Jika selama ini rejeki kita masih itu-itu saja, maka kita harus rajin bertanya. Apakah saya sudah Dhuha? Apakah saya sudah berbuat baik? Apakah saya sudah menelpon Ibu? Apakah saya sudah berbagi? dan seterusnya. Jika ada yang belum, maka segera tunaikan amal-amal tersebut. Apalagi, jika itu terkait hak Allah sebagai sesembahan kita atau hak sesama.
Insya Allah, setelah hal-hal tersebut dilaksanakan dengan baik, dan kembali berusaha sesuai upaya yang kita bisa, bi idznillah, rejeki kita akan bertambah..

Pernah, suatu ketika, saya perbanyak istighfar di tengah malam. Karena memang belum bisa tidur. Alhasil, ketika niat itu dilakukan dengan sempurna, tepat setelah selesai dan saya beranjak untuk tidur, hand phone saya berdering. Isinya, orang pesan buku. Jika kita mau main logika, mana mungkin rejeki diantarkan ketika malam telah menyelimuti? Bahkan orang yang akan diberi rejeki itu hendak memejamkan mata?

Pernah juga, pagi buta, ada pesan singkat yang masuk. Itu malamnya biasa, ada ritual. Hehehe. Belum juga genap jam tujuh pagi, ada sms. bahwa dia sudah selesai melakukan transfer pembayaran. Lagi, jika mau pakai logika, mana ada rejeki datang ketika orangnya baru mau beranjak ke kamar mandi untuk berangkat kerja?

Pernah juga, dalam tiga hari, rekening dibanjiri transferan. Hari pertama, sekitar 10 uang masuk untuk pembelian buku, hari kedua hanya dua orang tapi nilainya sekitar 1,2 juta, hari ketiga nilainya 700-an ribu. Jika mau pakai logika, mana ada karyawan dengan transaksi rekening senilai itu?

Lagi-lagi saya tersadar. Allah itu Maha Kaya. Yang penting kita ibadah. Lalu usaha. Sudah. Selesai. Allah gak ngantuk, kok. Allah juga tidak tidur. Mana mungkin Allah salah mengantarkan rejeki? Gak mungkin, kan?!

Satu hal yang perlu diingat, bisa jadi, rejeki yang diberikan ke rekening kita itu adalah titipan untuk istri kita, anak kita, adik kita, kakak kita, ataupun ibu dan bapak kita. Bagi lajang, bisa jadi itu titipan untuk calon istri atau suami kita.

Akhirnya, jangan berharap dibanjiri rejeki atau dihujani karunia, jika ibadah kita saja bolong-bolong. Lima waktu di injury time, subuh keduluan sama ayam, Dhuha ogah-ogahan. Jikapun dilaksanakan hanya formalitas, tidak ada ruhnya. Baca al-Qur'an semau gue, kadang baca tapi lebih sering gak baca, malah gak nyentuh mushaf sama sekali.

Apalagi tahajud? Enakan nonton bola atau begadang lihat film-film luar negeri yang keren abis. Ditambahlah dengan silaturahim. Gak pernah sama sekali, malah lebih asyik berinteraksi dengan dunia maya. Gak pernah ketemu orang, menyapa sesama, menyalami hangat dan bertanya aneka rupa kegiatan.

Maka sejatinya, urusan rejeki sangat erat kaitannya dengan dua hal. Pertama, sejauh mana kedekatan kita dengan Sang Maha Pemberi Rejeki. Kedua, sejauh mana kebermanfaatan kita untuk orang lain.

Rejeki, bukan hanya uang. Jika ia berbentuk uang, maka parameternya bukan pada seberapa banyak kita mengumpulkan uang, tapi pada seberapa banyak yang kita manfaatkan untuk kepentingan sesama. Baik keluarga dekat, jauh, atau mereka yang membutuhkan, atau mereka yang memang punya hak atas rejeki yang dititipkan kepada kita. []


sumber :disini

Agar Rejeki Berlipat Ganda

Sedekah pada mulanya adalah berbagi. Apapun, asal kebaikan. Bahkan, mereka yang tidak mempunyai uang sekalipun, bisa bersedekah dengan senyum dan bermuka manis. Sabda Nabi, “Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah.”
Kejadian ini terjadi sekitar 3 bulan yang lalu, tepatnya setelah Shalat Ashar. Ketika itu, saya tengah mengulang-ulang bacaan Surah al-Waqi’ah, surah ke 56 dalam al-Qur’an. Bagi saya, surah tersebut merupakan kunci ‘kekayaan’. Bagaimana tidak? Dalam sajian singkat itu, terpampang pemandangan indah seputar surga dan pemandangan mengerikan terkait neraka. Sehingga, dua hal ini saja, jika dihayati, akan membuat kita berharap surga dan cemas ketika kelak dimasukkan ke dalam jurang neraka. Dan itulah kaya yang sebenarnya, ketika surga lebih kita harapkan melebihi apapun di dunia ini.

Sesaat kemudian, saya teringat kalau ada beberapa teman yang melaksanakan puasa sunnah Senin - Kamis. Maka, sayapun beranjak merogoh kantong. Niatnya, membelikan sedikit makanan untuk mereka ketika masa berbuka tiba. Teringatlah sebuah hadits, “Barangsiapa menyediakan hidangan untuk berbuka kepada orang yang berpuasa, maka orang tersebut akan diberikan ganjaran berpuasa, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut.”

Niat pun tertunaikan dengan gemilang. Hanya Jus Sirsak dan sedikit makanan khas Indonesia, Gorengan. Nilai kesemua hidangan itu, hanya dua puluh lima ribu rupiah.

Sesaat sebelum maghrib, ‘rampasan perang’ tersebut saya bagikan kepada mereka yang telah saya jadikan target. Alhamdulillah, rasanya nikmat ketika bisa berbagi, meski ala kadarnya.

Tak lama kemudian, adzan berkumandang. Saya memilih menikmati teh tubruk buatan sendiri. Dan memakan gorengan rame-rame dengan teman-teman. Sekitar lima menit setelah adzan, ada Bos yang menghampiri. Teman-teman tengah mengambil lapaknya masing-masing. Beliau tiba-tiba menyodorkan lembaran rupiah berwarna biru, lima puluh ribu. Katanya, “Buat tambahan jajan.” Dengan tanpa basa basi, saya berucap, “Baik, Pak. Terima kasih ya.”

Sekitar lima menit berselang, Bos lain menghampiri. Kali ini, dia datang dari arah belakang. Tanpa saya perkirakan, beliau pun menyodorkan selembar uang rupiah berwarna merah, seratus ribu, dengan berucap, “Buat tambahan beli pulsa, Mas. Hadiah dari saya.” Tanpa koma, saya pun menerima hadiah tersebut dengan beriring senyum dan kalimat syukur, “Baik, Pak. Terima kasih ya. Alhamdulillah”

Setelah kedua Bos itu berlalu, saya baru berpikir. Ada dua rejeki beruntun. Jumlahnya pun lumayan bagi seorang karyawan pabrik seperti saya. Dalam jenak, saya berkesimpulan, “Mungkin, ini balasan dari Allah atas niat saya berbagi kepada teman-teman yang tengah berpuasa sunnah tadi. Sehingga uang dua puluh lima ribu, dibalas tunai dengan seratus lima puluh ribu. Enam kali lipat.”

Saya pun terdiam sembari bersyukur. Bahwa janji Allah itu benar. Ketika niat kita lurus, maka Allah akan membuktikan janjiNya. Sehingga, akhirnya kita harus sepakat, bahwa sedekah, jika dilakukan dengan ikhlas, hanya akan menghasilkan keberkahan bagi pelaku dan penerimanya.

Jikapun ia tidak berbalas saat itu, berarti Allah sedang mempersiapkan balasan lain, dengan jumlah yang lebih banyak, dan akan diberikan pada waktu yang paling tepat. Penundaan balasan itu, bisa juga untuk tabungan akhirat kita. Bukankah itu jauh lebih berharga dari nilai mata uang di dunia ini? Sebanyak apapun jumlahnya?

Semoga Allah menerima setiap sedekah kita. KarenaNya semata, bukan lantaran janji pelipatgandaan yang kadang tertunda pelaksanaannya. Karena prinsipnya, berbagi itu indah dan menyemangati. Maha benar Allah dengan firmanNya, “Tidak ada balasan bagi kebaikan kecuali kebaikan serupa.” (Surah ar-Rahmaan [55] : 60)


Sumber :disini

Selasa, 08 Oktober 2013

Dahsyatnya Sedekah

Tatkala Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun menciptkana gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumi pun terdiam. Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung... 


Sahabatku, dimanakah letak kedahsyatan hamba-hamba Allah yang bersedekah? Dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad, sebagai berikut :

Tatkala Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun menciptkana gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumi pun terdiam. Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung tersebut. Kemudian mereka bertanya? "Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada gunung?"

Allah menjawab, "Ada, yaitu besi" (Kita mafhum bahwa gunung batu pun bisa menjadi rata ketika dibor dan diluluhlantakkan oleh buldozer atau sejenisnya yang terbuat dari besi).

Para malaikat pun kembali bertanya, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada besi?"

Allah yang Mahasuci menjawab, "Ada, yaitu api" (Besi, bahkan baja bisa menjadi cair, lumer, dan mendidih setelah dibakar bara api).

Bertanya kembali para malaikat, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada api?"

Allah yang Mahaagung menjawab, "Ada, yaitu air" (Api membara sedahsyat apapun, niscaya akan padam jika disiram oleh air).

"Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?" Kembali bertanya para malaikta.

Allah yang Mahatinggi dan Mahasempurna menjawab, "Ada, yaitu angin" (Air di samudera luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung, dan menjelma menjadi gelombang raksasa yang dahsyat, tersimbah dan menghempas karang, atau mengombang-ambingkan kapal dan perahu yang tengah berlayar, tiada lain karena dahsyatnya kekuatan angin. Angin ternyata memiliki kekuatan yang teramat dahsyat).

Akhirnya para malaikat pun bertanya lagi, "Ya Allah adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?"

Allah yang Mahagagah dan Mahadahsyat kehebatan-Nya menjawab, "Ada, yaitu amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tidak mengetahuinya."

Artinya, orang yang paling hebat, paling kuat, dan paling dahsyat adalah orang yang bersedekah tetapi tetap mampu menguasai dirinya, sehingga sedekah yang dilakukannya bersih, tulus, dan ikhlas tanpa ada unsur pamer ataupun keinginan untuk diketahui orang lain.

Inilah gambaran yang Allah berikan kepada kita bagaimana seorang hamba yang ternyata mempunyai kekuatan dahsyat adalah hamba yang bersedekah, tetapi tetap dalam kondisi ikhlas. Karena naluri dasar kita sebenarnya selalu rindu akan pujian, penghormatan, penghargaan, ucapan terima kasih, dan sebagainya. Kita pun selalu tergelitik untuk memamerkan segala apa yang ada pada diri kita ataupun segala apa yang bisa kita lakukan. Apalagi kalau yang ada pada diri kita atau yang tengah kita lakukan itu berupa kebaikan.

Karenanya, tidak usah heran, seorang hamba yang bersedekah dengan ikhlas adalah orang-orang yang mempunyai kekuatan dahsyat. Sungguh ia tidak akan kalah oleh aneka macam selera rendah, yaitu rindu pujian dan penghargaan.

Apalagi kedahsyatan seorang hamba yang bersedekah dengan ikhlas? Pada suatu hari datang kepada seorang ulama dua orang akhwat yang mengaku baru kembali dari kampung halamannya di kawasan Jawa Tengah. Keduanya kemudian bercerita mengenai sebuah kejadian luar biasa yang dialaminya ketika pulang kampung dengan naik bis antar kota beberapa hari sebelumnya. Di tengah perjalanan bis yang ditumpanginya terkena musibah, bertabrakan dengan dahsyatnya. Seluruh penumpang mengalami luka berat. Bahkan para penumpang yang duduk di kurs-kursi di dekatnya meninggal seketika dengan bersimbah darah. Dari seluruh penumpang tersebut hanya dua orang yang selamat, bahkan tidak terluka sedikit pun. Mereka itu, ya kedua akhwat itulah. Keduanya mengisahkan kejadian tersebut dengan menangis tersedu-sedu penuh syukur.

Mengapa mereka ditakdirkan Allah selamat tidak kurang suatu apa? Menurut pengakuan keduanya, ada dua amalan yang dikerjakan keduanya ketika itu, yakni ketika hendak berangkat mereka sempat bersedekah terlebih dahulu dan selama dalam perjalanan selalu melafazkan zikir.

Sahabat, tidaklah kita ragukan lagi, bahwa inilah sebagian dari fadhilah (keutamaan) bersedekah. Allah pasti menurunkan balasannya disaat-saat sangat dibutuhkan dengan jalan yang tidak pernah disangka-sangka.

Allah Azza wa Jalla adalah Zat yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada semua hamba-Nya. Bahkan kepada kita yang pada hampir setiap desah nafas selalu membangkang terhadap perintah-Nya pada hampir setiap gerak-gerik kita tercermin amalan yang dilarang-Nya, toh Dia tetap saja mengucurkan rahmat-Nya yang tiada terkira.

Segala amalan yang kita perbuat, amal baik ataupun amal buruk, semuanya akan terpulang kepada kita. Demikian juga jika kita berbicara soal harta yang kini ada dalam genggaman kita dan kerapkali membuat kita lalai dan alpa. Demi Allah, semua ini datangnya dari Allah yang Maha Pemberi Rizki dan Mahakaya. Dititipkan-Nya kepada kita tiada lain supaya kita bisa beramal dan bersedekah dengan sepenuh ke-ikhlas-an semata-mata karena Allah. Kemudian pastilah kita akan mendapatkan balasan pahala dari pada-Nya, baik ketika di dunia ini maupun saat menghadap-Nya kelak.

Dari pengalaman kongkrit kedua akhwat ataupun kutipan hadits seperti diuraikan di atas, dengan penuh kayakinan kita dapat menangkap bukti yang dijanjikan Allah SWT dan Rasul-Nya, bahwa sekecil apapun harta yang disedekahkan dengan ikhlas, niscaya akan tampak betapa dahsyat balasan dari-Nya.

Inilah barangkali kenapa Rasulullah menyerukan kepada para sahabatnya yang tengah bersiap pergi menuju medan perang Tabuk, agar mengeluarkan infaq dan sedekah. Apalagi pada saat itu Allah menurunkan ayat tentang sedekah kepada Rasulullah SAW, "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir; seratus biji Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui," demikian firman-Nya (QS. Al-Baqarah [2] : 261).

Seruan Rasulullah itu disambut seketika oleh Abdurrahman bin Auf dengan menyerahkan empat ribu dirham seraya berkata, "Ya, Rasulullah. Harta milikku hanya delapan ribu dirham. Empat ribu dirham aku tahan untuk diri dan keluargaku, sedangkan empat ribu dirham lagi aku serahkan di jalan Allah."

"Allah memberkahi apa yang engkau tahan dan apa yang engkau berikan," jawab Rasulullah.

Kemudian datang sahabat lainnya, Usman bin Affan. "Ya, Rasulullah. Saya akan melengkapi peralatan dan pakaian bagi mereka yang belum mempunyainya," ujarnya.

Adapun Ali bin Abi Thalib ketika itu hanya memiliki empat dirham. Ia pun segera menyedekahkan satu dirham waktu malam, satu dirham saat siang hari, satu dirham secara terang-terangan, dan satu dirham lagi secara diam-diam.

Mengapa para sahabat begitu antusias dan spontan menyambut seruan Rasulullah tersebut? Ini tiada lain karena yakin akan balasan yang berlipat ganda sebagaimana telah dijanjikan Allah dan Rasul-Nya. Medan perang adalah medan pertaruhan antara hidup dan mati. Kendati begitu para sahabat tidak ada yang mendambakan mati syahid di medan perang, karena mereka yakin apapun yang terjadi pasti akan sangat menguntungkan mereka. Sekiranya gugur di tangan musuh, surga Jannatu na’im telah siap menanti para hamba Allah yang selalu siap berjihad fii sabilillaah. Sedangkan andaikata selamat dapat kembali kepada keluarga pun, pastilah dengan membawa kemenangan bagi Islam, agama yang haq!

Lalu, apa kaitannya dengan memenuhi seruan untuk bersedekah? Sedekah adalah penolak bala, penyubur pahala dan pelipat ganda rizki; sebutir benih menumbuhkan tujuh bulir, yang pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji. Artinya, Allah yang Mahakaya akan membalasnya hingga tujuh ratus kali lipat. Masya Allah!

Sahabat, betapa dahsyatnya sedekah yang dikeluarkan di jalan Allah yang disertai dengan hati ikhlas, sampai-sampai Allah sendiri membuat perbandingan, sebagaimana tersurat dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, seperti yang dikemukakan di awal tulisan ini

SUMBER : DISINI

Selasa, 01 Oktober 2013

Untuk yang Sedang Galau Dililit Hutang

Percakapan antara seorang Entrepreneur yg sedang galau dengan Gus Tanto Abdurrahman, semoga bisa menjadi bahan renungan kita semua…..

T : Gus.. saya pusing… masalah saya begitu banyak… orang orang sudah tidak percaya lagi sama saya… hutang banyak… istri minta cerai anak sudah tidak lagi menghargai saya… saya malu gus… saya harus bagaimana… saya ingin lari saja.. menenangkan diri dimana sebaiknya..

Gus Tanto : he he he…. hal begini saya pernah alami, saya tau persis gimana rasanya… dulupun sempat terpikir utk lari… sampai akhirnya, Allah memberikan hidayah dan maunahnya….
Saya anggap semua peristiwa buruk yang menimpa saya adalah proses pembersihan dari dosa dosa saya… yaa banyaklah… dosa riba,dan masih banyak lagi dosa lain…

Awalnya saya coba ikhtiar lalu pasrah… hasilnya… ??? gak selesai juga..

akhirnya tak balik…. pasrah total… aktifitas yg “ngemis” bantuan kemanusia yg sering kita sebut ikhtiar salah kaprah itu tidak lagi saya lakukan…

Saya gak lagi… konsultasi sana sini, saya hanya mepet Ulama yg membimbing saya… mulut saya kunci utk mengeluh sama manusia, saya kumpulkan “keluhan-keluhan” itu tiap hari lalu setelah tahajut saya tumpahkan keluhan saya ke Allah…

Saya gak lagi, mikir strategi bisnis… saya gak lagi belajar mengelak dan lari bahkan mengakali tanggung-jawab saya dgn berbagai trik dan jurus atau apapun itu namanya… krn memang hutang WAJIB dibayar…

Saya gak lagi, mengandalkan tenaga saya utk mencari solusi kesana kesini yg juga saya sebut namanya ikhtiar… karena memang itupun hanya akan saya jadikan alasan utk menjawab sang penagih hutang…

Akhirnya…. saya pasrah… pasrah total…

Saya mepeeettt ke Allah… 5 waktu jamaah.. dhuha gak pernah putus…
Sholat malem selalu saya pake buat curhat ke Allah… saya bayakin deres Qur’an… ternyata ini yg sebenarnya disebut ikhtiar…

Setelah hal ini saya lakukan ISTIQOMAH… solusi datang…. jalan selalu muncul… peluang datang dengan sendirinya…

Dan tidak perlu extra capek utk mengeksekusi akan berbuah hasil yg secara nalar jika kerja dengan fisik dan otak dalam waktu sesingkat itu tdk mungkin dapat hasil yg sebesar itu…

Akhirnya… ikhtiar saya ke langit… bukan lagi mengandalkan otak dan logika… karena memang rizky itu hal ghaib… tdk akan pernah bisa di raba dengan yg serba indra… hanya dengan kejernihan dan ketenangan hati saja…

AKHIRNYA aktifitas fisik kerja yg saya lakukan saya niatkan bukan lagi untuk hasil, tapi dalam rangka mensyukuri nikmat sdh diberi anggota badan yg lengkap, dan saya niatkan “SETOR” keringat ke Allah…

terserah Allah setoran keringat saya mau “dihargai” dgn bentuk rizky seperti apa…

KUNCINYA…
Jangan pernah ngelawan takdir Allah…
Kondisi apapun saat ini yakinkan bahwa itu adalah kondisi terbaik buat kita menurut Allah…
Gak ada kata TAPI dalam menjalankan takdir Allah… mau enak ayooo… mau menderita ayooo…. mau banyak masalah ayooo…. Apapun kondisinya jangan pernah ada perlawanan terhadap takdir Allah…

T: kog gitu gus…Tapi gus masalah saya… hutang saya… istri saya…

Gus anto: Yah emang gitu, emang kalo banyak masalah kenapa, emang klo banyak utang kenapa… , emang kalo istri minta cerai kenapa.. emang kalau anak gak lagi percaya kenapa… ya biarin aja.. lha wong itu kehendak Allah… bukankah smua hal dimuka bumi in terjadi atas kehendak dan izin Allah… ya sudah di adepin… anteeeeeeeeeeeeeeeeeeeng…. diadepin jangan lari…

Saya: tapi gus…
Gus Tanto: stttttttttttttttt……… sudah… gak usah nglawan takdir Allah….
Dijalanin saja, gak usah protes… itu cara Allah memuliaknmu jika memang Allah satu satunya tujuanmu…

Saya: Subhanallah…. iya gus iya…
Gus Tanto: Subhanallah saja belum cukup…. klo hati sudah bisa ngomong terucap lewat mulut, karena paham betul bahwa takdir Allah sedang berjalan…
Harusnya yang terucap:

Alhamdulillah… Akhirnya saya ngrasain juga punya utang banyak… resikonya paling di omelin deptcolector, dan setau saya gak ada cerita di omelin deptcolektor trus mati gitu gak ada cerita…

Alhamdulillah… Akhirnya saya ngrasain juga di hinakan orang… jadi begini rasanya dihina orang… gini rasanya gak punya harga diri… Alhamdulillah Yah…

Alhamdulillah… akhirnya ngrasain digugat cerai ama istri… yah sudah apa adanya kita sampaikan klo tidak bisa menerima kondisi kita yah sudah, mau cerai sekarang mau nanti sama saja… krn pada dasarnya istrinya tdk mau menerima kondisi kesusahan,…

Saya: Tapi gus… beraaaaaaaaatt

Gus Tanto: stttttttttttt jangan nglawan takdir Allah… saya gak pernah bilang kalau ini ringan… memang mendekatkan diri dan berjuang menjadi kekasih Allah itu bukan hal yg mudah… perlu perjuangan, perlu pengorbanan… dan yang paling berat adalah MENGORBANKAN SMUA HAL YG BERHUBUNGAN DENGAN NAFSU DAN KEINGINAN KITA… jadi ah sudah lahhhh…… itu pilihan… , mau dengan cara ini silahkan kalau ada cara lain menyelesaikan masalahmu dengan tuntas selain ke Allah, nanti tlg kasih tau saya… saya ingin tau juga….

Gus Tanto (Tanto Abdurrahman)
*Gus Tanto (Tanto Abdurrahman) adalah seorang entrepreneur, Ustadz, pembimbing Spiritual, bertempat tinggal di Jogja.


Silahkan ke FB : Gus Tanto (Tanto Abdurrahman)




Sumber : http://kampungwirausaha.com

Kamis, 27 September 2012

Berkat Sedekah Sembuh dari Kanker

Ada seorang pedagang kaya raya di sebuah kota di Mesir. Sebut saja Mahmud. Akhir-akhir ini, dia sering merasa sakit di bagian pinggangnya. Sakitnya benar- benar tak tertahankan. Dia pun memeriksakan diri ke salah satu rumah sakit terkenal.

Setelah dilakukan pemeriksaan, dia sangat kaget dengan hasilnya. Mengapa? Hasilnya menunjukkan ada kanker ganas di tubuhnya. Kemungkinan dirinya sembuh sangat kecil. Lalu, dokter menyarankannya untuk berobat saja ke luar negeri.

Mengikuti saran dokter, dia pun memeriksakan diri ke luar negeri, ke suatu negara. Setelah diperiksa di salah satu rumah sakit terkenal di negara itu, hasilnya sama saja dengan pemeriksaan pertama. Para dokter menganjurkan agar dia berobat untuk meringankan penyakit kankernya.

Di luar dugaan, Mahmud menolak saran yang diajukan para dokter. Dia mengabaikan semua saran dokter. Dia memilih pulang ke negara asalnya. Dia ingin menyelesaikan semua urusannya dan menulis wasiat untuk keluarganya. Dia berpikir, hidupnya tidak akan lama lagi.

Setibanya di Mesir, dia mulai menulis wasiat tanpa sepengetahuan keluarganya. Dia tidak memberi tahu keluarganya tentang kondisinya. Suatu hari, dalam sebuah perjalanan pulang ke rumah, dia melihat seorang wanita tua yang berdiri di pinggir jalan dekat tong sampah. Ternyata, wanita tua itu sedang mengumpulkan tulang-tulang yang berserakan. Tiba-tiba. Mahmud menghentikan mobilnya. Lalu, dia keluar dan menghampiri wanita tua itu. Mahmud menanyakan maksud wanita tua itu mengumpulkan tulang-tulang dari tong sampah.
 
"Saya mengasuh anak-anak yatim yang fakir. Saya sudah tidak punya uang lagi untuk membeli daging buat mereka. Karena itu, tulang-tulang yang kukumpulkan ini akan kumasak untuk mereka sebagai pengganti daging," jawab wanita tua itu dengan suara serak.

Mahmud terhenyak. Hatinya tak kuat menahan rasa sedih mendengar penuturan wanita tua tersebut. Ternyata, masih banyak fakir miskin dan anak yatim yang kekurangan dan membutuhkan bantuan. Sementara dirinya, tak pernah kekurangan makanan.

Dia pun mengeluarkan sejumlah besar uang dan diberikan kepada wanita tua itu. Bahkan, dia menyuruh penjual daging untuk mengirimkan daging kepada keluarga wanita tua itu setiap minggu. Tentu saja, wanita tua itu bersyukur atas semua ini. Tak lupa, dia mendoakan Mahmud.

Waktu terus berlalu. Untuk kali kedua, Mahmud pergi ke luar negeri untuk memeriksakan kondisi kesehatannya. Dan hasilnya? Sungguh membuat si dokter kaget. Kali ini, hasilnya sangat berbeda dengan sebelumnya.

"Apakah Anda pergi ke rumah sakit lain untuk berobat?" selidik si dokter. Kontan saja, dia kaget dengan pertanyaan dokter tersebut.

"Saya tidak pernah berobat ke rumah sakit lain," jawab Mahmud berusaha meyakinkan si dokter.

"Anda bohong! Jujurlah kepada saya. Apakah Anda berobat ke rumah sakit yang lain atau tidak?" desak si dokter Iagi. Dia tidak percaya dengan jawaban Mahmud.

"Demi Allah, saya tidak pernah berobat ke rumah sakit yang lain! Memangnya, ada apa, Dok?" ujar Mahmud keheranan.

"Hasil tes kesehatan yang kulakukan beberapa saat lalu menunjukkan bahwa kini Anda sehat. Tidak terdapat kanker di tubuh Anda!"

 
Tentu saja, Mahmud tidak percaya. Bahkan, dia balik meminta si dokter untuk berkata jujur dan bersumpah. Setelah si dokter bersumpah, barulah dia percaya. Tak terasa, air matanya mengalir deras membasahi pipi. Dia bersyukur dan memuji Allah Ta'ala atas limpahan karunia-Nya.

Mahmud pulang ke Mesir dengan rasa gembira. Dia pun menceritakan kisahnya kepada keluarganya. Di akhir ceritanya, dia menyebutkan penyebab kesembuhannya.

"Sungguh, Allah telah menyembuhkanku dengan sebab doa wanita tua itu. Karena, aku telah bersedekah kepada anak-anak yatim asuhannya."

Sumber buku Kehebatan Sedekah : Kisah-kisah Seru Tentang Kedermawanan dan Kemurahan Hati karya Fuad Abdurrahman

Rabu, 26 September 2012

Sembuh dari Gagal Ginjal


Ada seorang wanita yang mengalami gagal ginjal -–kita memohon kepada Allah, semoga Dia memberikan keselamatan, kesehatan, dan kesembuhan bagi kaum muslimin yang sakit–. Ia sudah berulang kali memeriksakan dan mengobatkan sakit yang dideritanya tersebut. Akhirnya, ia mencari-cari sekiranya ada orang yang mau merelakan ginjalnya untuk disumbangkan kepada dirinya, ia siap membayar dengan uang sejumlah 20.000 riyal.
 
Tersebarlah berita tersebut di kalangan orang-orang ketika itu, hingga ada salah seorang wanita yang mendengar kabar tersebut yang akhirnya langsung menuju ke rumah sakit untuk mendonorkan ginjalnya. Ia menyetujui seluruh ketentuan-ketentuan yang diajukan kepadanya sebelum menjalani operasi.
 
Di hari yang telah ditentukan, perempuan yang sakit tersebut menemui sang pendonor, ternyata ia sedang menangis. Karena heran melihat keadaannya, ia pun bertanya, “Apakah Anda merasa terpaksa dan keberatan dengan operasi yang akan Anda jalani?” Wanita pendonor itu berkata, “Sebenarnya tidak ada yang mendorongku untuk mendonorkan ginjalku selain kemiskinan yang menimpa diriku dan karena aku sangat membutuhkan uang.”
 
Wanita pendonor itu kembali menangis tersedu-sedu, maka wanita yang sedang sakit itu menenangkannya dengan mengatakan, “Silahkan engkau ambil uang ini, dan aku tidak menghendaki sesuatu pun darimu…”. Beberapa hari kemudian perempuan yang sakit tersebut kembali ke rumah sakit. Ketika tim dokter memeriksa penyakitnya, begitu terkejutnya mereka, karena tidak mendapati sedikit pun bekas sakit pada dirinya. Al-hamdulillah, ternyata Allah telah menyembuhkannya.
 
Sumber : disini

Senin, 24 September 2012

Batu Ginjal dan Sedekah

Kisah berikut ini disampaikan oleh Ustad Sayyid Juwail. Sebuah keluarga yang terdiri atas bapak dan anak laki-laki tinggal di sebuah rumah sederhana. Ibu anak itu telah rneninggal beberapa tahun yang lalu. Suatu hari, si bapak mengeluhkan sakit yang luar biasa, yang tidak diketahui sebabnya. Karena tak tahan lagi, dia dan anaknya pergi ke dokter untuk mengetahui penyakitnya.
Setelah dokter memeriksanya lewat komputer, ternyata si bapak menderita sakit batu ginjal. Dokter menyarankan agar dilakukan operasi untuk mengeluarkan batu tersebut. Lalu, bapak dan anaknya kembali ke rumah untuk mempersiapkan segala sesuatunya sebelum operasi dilakukan.
Keesokan paginya, si anak pegi ke kantor seperti biasa. Hari ini, tepat satu bulan dia bekerja di kantor tersebut. Itu berarti dia akan menerima gaji pertamanya. Tentu saja, dia sangat gembira. Dan yang lebih menggembirakan, dia bisa meringankan biaya operasi bapaknya.
Di tengah perjalanan pulan, si anak melihat seorang kakek tua yang fakir. Bajunya kumal. Wakahnya menampakan kelelahan.
Si anak sangat kasihan melihat keadaan kakek tua itu. Dia sempat bimbang, menolong bapaknya atau bersedekah ? Dia pun memutuskan untuk bersedekah kepada kakek tua itu. Semua gaji pertamanya dia sedekahkan, disertai doa semoga Allah menyembuhkan bapaknya. Si anak tidak bisa membayangkan seandainya bapaknya seperti kakek tua itu. Setelah menyerahkan sedekahnya, cepat-cepat dia pulang. Dia mencemaskan bapaknya yang sedang sakit sendirian di rumah.
Sesampainya di rumah, si anak mengetuk pintu. Ternyata dia disambut bapaknya dengan wajah gembira.
“Alhamdulillah, Anakku. Beberapa saat yang lalu, Bapak merasa sakit sekali. Lalu Bapak pergi ke WC untuk buang air kecil. Tanpa disengaja, batunya keluar. Sekarang, Bapak merasa nyaman, tidak sakit lagi”.
Kontan saja, si anak menangis karena sangat bahagia mendengar cerita bapaknya. Segala puji bagi Allah yang telah mendengar doa hamba-Ny.
 
Sumber : disini